"Untukku, Transparansi berarti informasi tersajikan secara mudah, jelas dan dimengerti"
Tapi bagaimana kalau informasi di era yang serba mudah ini kurang mudah diakses?
Ambil contoh:
Kasus informasi nomor antrian/pemanggilan secara digital, biasa dilakukan melalui layar monitor yang dapat diakses oleh pasien-pasien yang selalu standby memastikan nomor antrian bergerak sampai ke nomor mereka masing-masing ditampilkan
Namun yang menjadi kendala disini ialah, bagaimana jika pasien yang mendapatkan nomor panjang (>50, misalnya) harus meluangkan waktu dan kesibukannya untuk menunggu antrian yang hanya bisa dipantau melalui layar yang hanya ada di tiap sudut luar ruangan dokter ataupun di sekitar Rumah Sakit tempat mereka berobat?
Mereka yang mendapatkan nomor antrian kecil tentunya lebih bersedia menunggu, dibandingkan mereka yang mendapatkan nomor panjang. Pun pasien-pasien dengan nomor antrian kecil terkadang, juga tidak memiliki kendali waktu pasti sampai nomor mereka tampil di monitor, dokter belum datang, dokter masih melakukan operasi darurat ataupun kendala teknis lainnya menjadi beberapa alasan pasien-pasien banyak berkumpul menanyakan kepastian kepada petugas Poliklinik/Rumah Sakit, terlebih lagi rasa sakit dari pasien itu sendiri ataupun pengorbanan waktu dari keluarga pendamping pasien yang menuntut petugas medis melakukan kepastian informasi dari keberlangsungannya sistem antrian yang mana, tentunya, itu menjadi Hak Mereka sebagai Pasien sekaligus reputasi dan citra Rumah Sakit itu sendiri, tak jarang membuat petugas medis di Rumah Sakit menjawab dengan jawaban yang sama berulang-ulang, hingga mereka sama-sama jenuh. Adaupun kejadian pasien-pasien berdesakan mengamati beberapa monitor dengan kondisi jumlah kursi tunggu dan ruang yang terbatas, ditambah Era Pandemi, membuat banyak pengembang aplikasi memutar ide menciptakan aplikasi informasi digital yang sesuai dan mudah diakses dimanapun.
Dari sinilah motivasi dihadirkannya aplikasi Jalurini, selain sebagai digital informan yang mudah diakses dimanapun secara realtime, baik untuk petugas medis dan para pasien, kedepannya saya atas nama Prastio Adam Satria beserta keluarga sebagai pelopor ide dibangunnya aplikasi Jalurini, dengan senang hati dan lapang dada menerima masukan dan kritik terkait kebutuhan publik.
Lahirnya aplikasi ini juga dilatarbelakangi alasan kuat terhadap penyakit Umik saya, Siti Aisyah. Beliau didiagnosa FIGO Staging of Gynecologic Tumors with categories stage IV-b Ovarian Cancer / Kanker Ovarium Stadium akhir dan indikasi kuat metastase oleh dokter onkologi kandungan di salah satu rumah sakit Surabaya. Aplikasi ini hadir sebagai support sistem publik dan bertindak sebagai digital informan kepada masyarakat yang mengalami hal serupa ataupun yang memerlukan informasi dengan fleksibilitas akses. Aplikasi Jalurini murni bersifat Donasi.